Sang Juara Lanceng situbondo

Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah perlombaan mobil balap mainan. Suasana sungguh sangat meriah, selain karena ini adalah perlombaan yang lingkupnya besar juga ini adalah babak final yang akan dilewati untuk sebuah gelar “sang juara”. Dan sekarang hanya tersisa 4 orang saja, mereka saat ini sedang memamerkan mobil-mobil hebat mereka.
Ada seorang anak yang bernama Rival. Mobil yang ia miliki tidak negitu menarik dan istimewa, namun ia berusaha tetap semangat karena ia adalah salah satu dari 4 anak yang berhasil masuk final dari 26 peserta lainnya yang telah gagal. Banyak anak-anak yang lainnya yang meragukan kemampuan mobil Rival untuk menjadi sang juara. Tapi Rival bangga, karena mobil yang ia miliki walau sederhana tapi mampu masuk final.
Setelah tiba saatnya mereka berada dilintasan mereka masing-masing. Mereka semua bersiap-siap untuk memacu mobil mereka sampai garis finish. Namun sesaat kemudian sebelum pertandingan dimulai, Rival meminta waktu sebentar kepada panitia. Rival tampak berkomat-kamit selayaknya orang yang sedang membaca mantra keberuntungan. Matanya terpejam dengan tangan mengadah ke atas. Lalu semenit kemudia ia menyatakan selesai dan siap kepada panitia.
Door.....! tanda balapan dimulai. Merekapun mulai memacu mobil balapan mereka sekuat dan secepat mungkin. Mobilpun meluncur dengan sangat kencang. Setiap dari mereka beersorak, ayo... ayo....!! cepat... cepat maju...!!. setelah beberapa lintasan telah dmereka lewati, tali lintasan finish pun mulai dikibarkan dan ternyata yang menjadi pemenang adalah Rival yang hanya bermodalkan kesederhanaan dan do’a andalannya.
Saat pembagian penghargaan, Rival dipanggil oleh panitia untuk menaiki pentas. Rival maju dengan denngan perasaan bangga dan bahagia. Namun sebelum penghargaan itu diserahkan, ketua panitia bertanya, “ Hai sang jagoan..., kamu pasti tadi berdo’a kepada Tuhan agar kamu menang bukan....?”. Rival hanya terdian. “Bukan Pak, bukan itu yang ku panjatkan” jawab Rival.
Rival malah melajnutkan jawabannya. “Sepertinya, tidaklah adil jika aku berdo’a kepada Tuhan hanya untuk meminta agar dapat mengalahkan orang lain”. “Lantas apa...?” tanya ketua panitia. “Aku, hanya memohon kepada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika ternyata aku yang kalah”. Semua hadirin terdiam mendengan jawaban Rival. Hingga beberapa saat kemudia barulah terdengar gemuruh tepuk tangan yang memenuhi acara itu.

^^^****oOo****^^^
Kita terkadang terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat.
Tapi pernahkah kita memohon kepada Tuhan untuk lulus dalam menghadapi segala ujian-Nya
Dan diberi kesadaran akan segala kekurangan.
Ketentuan-Nya adalah yang terbaik. Karena kegagalan bukan mengajarkan kita lemah
Akan tetapi memberikan jalan terbaik untuk keinginan yang lebih baik.
Tag : Situbondo
0 Komentar untuk "Sang Juara Lanceng situbondo"
Back to top